ISTRI YANGMENUNGGUSUAMINYA PULANG

                Seorang istri duduk diam sendiri di ruang tamu rumahnya. Matanya menerawang jauh. Tubuhnya berada di rumah, tapi pikirannya melayang-layang jauh entah kemana. Ia sedang menunggu suaminya pulang.
                Suami yang dahulu sangat dicintainya dengan segenap hati, jiwa dan raga, kini tak jua pulang kerumah yang telah mereka bina selama bertahun-tahun. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Bayang-bayang suaminya yang tengah bersama wanita lain terlintas dibenaknya. Sesaat raut wajahnya mengeras membayangkan hal itu.
******
                Pikirannya itu bukan hanya kecurigaan belaka. Semua fakta sudah mengarah kesitu. Hanya saja Ia belum mempunyai bukti jelas untuk membuat suaminya mengakui hal itu. Setiap kali Ia bertanya, suaminya selalu berdalih dan memutarbalikkan semua fakta. Wanita lainnya pun sang Istri mengetahuinya, bahkan Ia pernah berbicara dengan wanita tidak tahu malu itu.
                Wanita lain itu tahu, lelaki yang mereka bicarakan telah memiliki seorang istri dan anak.Tapi seakan tidak ada laki-laki lain di dunia ini, wanita itu tetap saja mau melanjutkan hubungan mereka. Walaupun saat ditanya Ia tidak mau mengakui hubungan mereka, Ia tidak mau mengakuinya. Ia berdalih mereka hanya sebatas teman biasa. Entah teman yang bagaimana yang saling memanggil dengan  sebutan “sayang”? Mungkinkah itu yang disebut dalam lagu sebagai ‘teman tapi mesra'?
                Jujur rasa sayang dan cinta istri itu telah lama pudar menyadari ketidaksetiaan suaminya. Ia hanya tidak rela melihat suaminya dan wanita lain bersenang-senang sedangkan Ia merana dalam kesendirian. Bingung, Istri itu memikirkan apa yang harus diperbuatnya. Ia terjebak dalam lingkaran setan bernama ketidaksetiaan. Ia sendiri selama ini tidak pernah berpikir untuk selingkuh. Walaupun suaminya terlalu banyak menyakitinya, tak pernah terbersit dalam dirinya untuk selingkuh.
                Ia sendiri memang dibesarkan dalam prinsip perkawinan hanya satu untuk selamanya. Ia selalu memegang teguh prinsip itu. Agamanya sendiri mengajarkan bahwa Kasih itu sabar. Tapi kini Ia bertanya sendiri dalam hati, harus sabar yang bagaimanakah dirinya? Ia hanya seorang manusia biasa yang memiliki batasan. Rasa sabar dalam dirinya ada batasnya. Ia tidak bisa hanya bersabar sendirian sedangkan suaminya tidak memiliki kesabaran untuk berubah.
                Selama ini Ia hanya bisa berdoa dan memohon pada Tuhan untuk menunjukkan jalan yang benar padanya. Tapi, apakah Tuhan mau mendengar doanya? Ia menyadari dirinya manusia yang banyak dosanya. Ia tidak seperti orang-orang lain yang taat pada ajaran-ajaran agama dan menjalankan perintah-perintah Tuhan. Kini, Ia harus mengadu kepada siapa lagi? Maukah Tuhan menjadi penolong orang berdosa ini?
                Saat Ini di tengah malam buta dalam sendirinya, Ia tetap menunggu suaminya untuk pulang dan kembali kepadanya. Setiap hari, setiap waktu Ia terus berharap suaminya pulang. Tapi, suaminya belum juga mau pulang. Suaminya tak menyadari ada seorang Istri yang setia menantinya di rumah. Walaupun begitu, Istri itu tetap mencoba untuk kembali bersabar menanti suaminya pulang. Ia ingin anak semata wayangnya tetap memiliki seorang Ayah.
*****
                Ia hanyut dalam sendirinya, tak menyadari pintu kamar tidurnya yang tadi tertutup rapat kini terbuka perlahan-lahan. Sesosok laki-laki keluar dari kamar itu dan mendekatinya . Tubuhnya tersentak ketika laki-laki itu menyentuh pundaknya perlahan.
                “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu belum juga tidur?” Tanya laki-laki itu.
                “Aku sedang menanti suamiku pulang.” Jawab istri itu perlahan.
                Laki-laki itu menatapnya bingung tidak mengerti. “Menanti suamimu pulang? Tapi aku kan sudah pulang sejak tadi.”
                “Ya, memang kamu sudah pulang sejak tadi. Tapi yang sekarang kutunggu adalah suamiku yang tak juga mau pulang kerumah.”
                “Suamimu? Tapi kan aku suamimu. Siapa lagi yang kau tunggu?” Tanya laki-laki itu semakin tak mengerti.
                “Tidak, kamu bukan suamiku. Kamu adalah seorang asing yang tiba-tiba masuk kedalam rumah ini dan mengaku sebagai suamiku.”
                Laki-laki itu menatap Istrinya dengan penuh tanda tanya. Apakah istrinya sudah mulai gila? Kemana semua kewarasannya? Kenapa Ia tiba-tiba tidak mau mengakui dirinya sebagai suami?  Suami yang mana lagikah yang dinantinya?
                “Aku semakin tidak mengerti.” Kata laki-laki itu akhirnya. “Sepanjang sepengetahuanku selama ini, kamu hanya memiliki satu suami yaitu diriku.”
                Mendengar perkataan itu, sang istri hanya menatapnya seraya tersenyum sedih. “Memang, tubuhnu adalah tubuh suamiku.Tapi hatimu bukan hatinya. Hati suamiku telah terbang jauh dan tidak mau lagi pulang kembali ke hatiku.”
                Kali ini suaminya tidak bisa berkata apa-apa mendengar ucapan istrinya. Ia tidak bisa menyalahkan Istrinya yang  berkata demikian. Memang benar kata-kata istrinya barusan. Hatinya memang telah hinggap ke tempat lain. Hanya saja Ia masih belum mau mengakuinya. Karena itu, tanpa sepatah katapun Ia kembali pergi tidur dan membiarkan istrinya menunggu suaminya pulang.

Enter your email address:

dapatkan artikel terbaru dari kamiNews

0 komentar:

Posting Komentar